Bercerita Tanpa Menggurui: Gaya Bahasa Dalam Buku Cerita Anak Untuk Membangun Karakter
Titien D. Soelistyarini(1*), Retno W. Setyaningsih(2)
(1) Departemen Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga
Jalan Dharmawangsa Dalam Selatan, Surabaya (2) Departemen Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga
Jalan Dharmawangsa Dalam Selatan, Surabaya (*) Corresponding Author
Abstract
Sebagai bagian dari penelitian “Pembangunan Karakter Nasional (National Character Building) Melalui Karya Sastra Anak”, makalah ini mengetengahkan bahasan tentang gaya bahasa yang digunakan dalam buku cerita anak untuk menyampaikan misi pembangun karakter anak. Dengan sampel buku cerita anak yang diambil secara acak dan menggunakan teori Gorys Keraf tentang katagori gaya bahasa, kajian pustaka yang dilakukan menghasilkan kesimpulan bahwa penulisan buku cerita anak cenderung menggunakan gaya bahasa penegasan. Gaya bahasa ini cenderung menyebutkan dengan jelas maksud tujuan cerita dan kurang memberi ruang pada imajinasi pembaca. Konsekuensi paling signifikan adalah cerita menjadi kurang berkesan dan sulit untuk menarik pembaca anak sehingga nilai yang ingin ditanamkan kurang tercapai.
Abstract:
As a part of the research “National Character Building through Children’s Literature”, this paper is aimed at elaborating the language style applied in storybooks in order to convey the message of character building. With samples of of storybooks randomly chosen and by using Gorys Keraf’s theory of language style , this textual study concludes that many storybooks tends to use didactic language style. This style is inclined to clearly state the mission of the story. Therefore, it does not provide ample space for readers’ imagination. Eventually, the story fails to attract the readers’ attention so that the values offered may be futile.
Key Words: national character, stylistics, language style, children storybooks, moral values
Keywords
karakter bangsa; stilistika; gaya bahasa; cerita anak; nilai moral