Si Bulus-Bulus Si Rumbuk-Rumbuk  sebagai Teks yang Hegemonik

Muharrina Harahap; Faruk Faruk; Aprinus Salam

doi:10.24257/atavisme.v22i1.549.88-100

Si Bulus-Bulus Si Rumbuk-Rumbuk sebagai Teks yang Hegemonik

Muharrina Harahap^(1*), Faruk Faruk⁽²⁾, Aprinus Salam⁽³⁾

(1) Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan
(2) Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada
(3) Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada
(*) Corresponding Author

Abstract

This study aims to explain the text of Willem Iskander's Si Bulus-Bulus Si Rumbuk-Rumbuk in postcolonial discourse. The text and the author were very contradictory and paradoxical. In one side, the discourse of resistance are revealed, but on the other hand it also kept the discourse on colonial construction. This writer uses the postcolonial approach and discursive method to analyze the penomenon. This study uses the discourse that was built by two experts, Rodgers and Harahap, who concentrated on researching the texts of Si Bulus-Bulus Si Rumbuk-Rumbuk and Willem Iskander. Through this discursive method, the writer reconstruct the opinions of the two experts using postcolonial perspective. Beside looked at the text, the writer also consider in social, political, and the Mandailing people culture as supporting culture. The results show that Willem Iskander is an ambivalent figure. A figure who voiced resistance as well as a figure who obeyed colonial construction. The implications of this article can give a theoretical contribution to postcolonial studies of literature, especially Mandailing literature

Keywords

hegemony, postcolonial, discourse, Si Bulus-Bulus Si Rumbuk-Rumbuk

Full Text:

PDF

References

Ashcroft, B., Griffiths,G., and Tiffin, H. (2007). Post-Colonial Studies: The Key Concepts Second Edition. New York-London: Routledge Taylor & Francis e-Library.

Bhabha, H.K. (1994). The Location of Culture. London and New York: Routledge.

Budiman, M. (2008). “Kata Pengantar Edisi Indonesia: Masalah Sudut Pandang dan Dilema Kritik Postkolonial.” Dalam Sastra Indonesia Modern: Kritik Postkolonial, ix–xxiii. Jakarta: Obor Indonesia & KITLV.

College Marketing and Communication. (2019). “Susan Rodgers.” Diperoleh 13 Maret 2019 dari https://www.holycross.edu/academics/programs/sociology-and-anthropology/faculty/susan-rodgers.

Dongoran, T. (1997). Willem Iskander (1840-1876): sebagai Pejuang Pendidikan dan Pendidik Pejuang Daerah Sumatera Utara. Medan: Pemda Tk. I Provinsi Sumatera Utara.

Faruk. (2007). Belenggu Pasca-Kolonial: Hegemoni & Resistensi dalam Sastra Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Foucault, M. (1972). The Archaeology of Knowledge. New York: Routledge.

Foulcher, K. and Day, T. (2008). “‘Bahasan Postkolonial dalam Sastra Indonesia Modern.’” In Sastra Indonesia Modern Kritik Postkolonial, Jakarta: Obor.

Gramsci, A. (2005). “History of the Subaltern Classes.” In Media and Cultural Studies, 13-17. Oxford: Blackwell Publishing.

Gramsci, A.(1999). Selections from The Prison Notebooks: Antonio Gramsci. London: ElecBook.

Hafizh, M. A. (2018). “Rasisme dalam Novel-Novel Jacqueline Woodson.” (Disertasi). Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Harahap, B.H., and H. M. Siahaan. (1987). Orientasi Nilai-Nilai Budaya Batak: suatu Pendekatan Terhadap Perilaku Batak Toba dan Angkola-Mandailing. Jakarta: Sanggar Willem Iskander.

Harahap, B.H. (1977). “Willem Iskander, Pelopor Pendidikan Bangsa.” In Willem Iskander (Sati Nasution): Tokoh Pendidikan dan Sastrawan dari Sumatera Utara, 68–76. Medan: Mitra

Harahap, B.H. (2004). Madina yang Madani. Panyabungan: Pemerintah Daerah Kabupaten Madina.

Harahap, D.R. (2009). “Willem Iskander Penyair yang Juga Guru.” In Willem Iskander (Sati Nasution): Tokoh Pendidikan dan Sastrawan dari Sumatera Utara, 77–82. Medan: Mitra

Huddart, D. (2006). Homi K. Bhabha. London-New York: Routledge Taylor & Francis e-Library.

Iskander, W. (1872). Si Boeloes-Boeloes, Si Roemboek-Roemboek: Sada Boekoe Basaon. Batavia: Landsdrukkerij.

Iskander, W. (2002). Si Bulus-Bulus Si Rumbuk-Rumbuk: Dwi Bahasa Pengantar dan Terjemahan Basyral Hamidy Harahap. Jakarta: Sanggar Willem Iskander.

Lubis, H.S. (2007). Modernisasi Pada Bentuk dan Tema dalam Prosa-Prosa Willem Iskander (1840-1876). Logat: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra, 3 (1), 18–25.

Lubis, Z.P. (2011). Lebih Jauh Tentang Willem Iskander dan Si Bulus Bulus, Si Rumbuk Rumbuk. Medan: Pustaka Widiasarana (Kelompok Humaniora-Pokmas Mandiri).

Lumbantoruan, N, and Sahril, OK. (2013). Willem Iskander (Sati Nasution) Tokoh Pendidikan dan Sastrawan dari Sumatera Utara. Medan: Mitra.

Reid, A. (2011). Menuju Sejarah Sumatra: Antara Indonesia dan Dunia. Jakarta: Pustaka Obor Indonesia & KITLV.

Rodgers, S. (2002). “Compromise and Contestation in Colonial Sumatra: An 1873 Mandailing Schoolbook on the "Wonders of the West.” Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 158 (3), 479–512.

Rodgers, S. (2007). Narrating ‘the Modern’: Colonial-Era Southern Batak Journalism and Novelistic Fiction Asoverlapping Lliterary Forms. Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, 163 (4), 476–506.

Said, E. (1994). Orientalisme (Diterjemahkan oleh Asep Hikmat dari Orientalism). Bandung: Pustaka.

Said, E. (2005). Bukan Eropa: Frued dan Identitas Politik Timur Tengah. Tangerang: Marjin Kiri.

Simamora, F. (2018). “Wawancara tentang Kebiasaan Orang Mandailing.”

Siregar, K. Djono, D. dan Agung, L. (2018a). Analisis Kebudayaan dalam Karya Sastra Willem Iskandar Si Bulus-Bulus Si Rumbuk-Rumbuk. Sejarah Citra Lekha, 3 (2), 99–107 (doi: 10.14710/jscl.v3i2.19714).

Siregar, K., Djono, D., and Agung, L. (2018b). The Implementation of Willem Iskandar’s Thought in the Historical Learning. International Journal of Multicultural and Multireligious Understanding (IJMMU), 5 (3), 234–45 (doi: 10.18415/ijmmu.v5i3. 346).

Titscher, S, Mayer, M., Wodak, R., and Vetter, E. (2009). Metode Analisis Teks Dan Wacana. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

DOI: https://doi.org/10.24257/atavisme.v22i1.549.88-100