Eksotisme, Bahasa, Identitas, Dan Resistensi Dalam Novel Indonesia Karya Suparto Brata: Pembacaan Pascakolonial
Tirto Suwondo(1*)
(1) Balai Bahasa Yogyakarta, Jalan I Dewa Nyoman Oka 70, Yogyakarta (*) Corresponding Author
Abstract
Penelitian ini secara khusus membahas novelnovel Indonesia karya Suparto Brata. Masalah yang dibahas meliputi eksotisme, bahasa, indentitas, dan resistensi terhadap kekuasaan kolonial ditinjau dari perspektif pascakolonial. Dari pembahasan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa dalam novelnovel karya Suparto Brata tampak jelas bahwa kekuasaan kolonial (Belanda dan Jepang) masih memandang pribumi sebagai masyarakat yang eksotis, yang bodoh, yang perlu dibina agar menjadi pandai. Sementara itu, bahasa kolonial (Belanda dan Jepang) masih dipandang sebagai bahasa yang tinggi derajatnya sehingga jika pribumi hendak memperoleh derajat (identitas) yang setara harus mampu berbahasa Belanda dan Jepang. Berkenaan dengan hal itu, berkat kepandaian yang ditanamkan oleh pemerintah kolonial, yang antara lain melalui penguasaan bahasa dan pengetahuan atau budaya Barat, masyarakat pribumi justru memanfaatkan hal itu sebagai upaya untuk melakukan resistensi terhadap kekuasaan dalam rangka mencapai kemerdekaan (kebebasan) penuh.
Abstract:
The research is particularly a discussion on the Indonesian novels written by Suparto Brata. The problem under discussion involves the issues of exoticism, language, identity, and resistance against the colonial powers in the perspective of postcolonialism. From the analysis, Suparto Brata’s novels obviously delineate that the colonial powers (Dutch and Japan) were so underestimating the natives as exotic, unintelligent folks, that such people was necessary to be taught for them to be more educated. Also, the colonial languages (Dutch and Japanese) were so highly perceived that the natives were to be enforced to speak those languages if they wanted their social status (identity) to be regarded equal. Accordingly, owing to such intelligences endowed from the colonial rulers, among others are the language skill and the knowledge on Western cultures, the native people then took the benefits by way of making resistance against the colonial powers under the agenda of full independence (freedom).